Kamis, 06 Desember 2012

Faktor-faktor Penyebab Runtuhnya Hindu-Budha di Indonesia

Keruntuhan kerajaan2 Hindu-Budha di Indonesia menurut beberapa buku Sejarah Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. Kerajaan-kerajaan yang kuat akan menguasai kerajaan-kerajaan yang lemah. Ini memang dapat kita lihat faktanya, seperti kerajaan Singasari lemah dan berhasil dikuasai oleh kerajaan Kediri, dan sebagainya. Demikian juga kalau Negara Indonesia lemah, akan d ikuasai oleh negara lain yang lebih kuat dari Indonesia. Penjajahan memang tidak dibenarkan lagi, tapi negara kuat bisa menjajah dari beberapa aspek tanpa harus menguasai daerah negara yang bersangkutan.
  2. Tidak ada kaderisasi dari para pemimpin / raja. Seperti halnya dengan Maha Patih Gajah Mada dan raja Hayam Wuruk, maka kerajaan Majapahit yang besar akhirnya roboh setelah berhasil mempersatukan wilayah Nusantara bahkan sampai ke Asia Tenggara, tetapi masih ada beberapa kerajaan di Nusantara yang belem bisa dipersatukan oleh Majapahit, seperti kerajaan Sunda. Sekarangpun Indonesia akan lemah bila para Pemimpin Bangsa tidak membuat kaderisasi agar generasi selanjutnya dapat menggantikan bahkan lebih maju, progresif, kreatif dan kuat dalam memikirkan keadaan bangsa Indonesia ini. bukan malah egois agar kepandaiannya tidak ditiru dan dikembangkan oleh generasi penerusnya.
  3. Timbulnya perang saudara dalam tubuh kerajaan tersebut. misalnya; perang Bubat dan Paregreg, Pembrontakan Kuti dan Semi, Pembrontakan Bhre Wirabumi, dan sebagainya. Ini sangat melemahkan eksistensi kerajaan. Apakah akan terjadi di Indonesia bila sampai sekarang masih terjadi perbedaan yang menimbulkan konflik akibat adanya pebedaan SARA? Aceh, Timor Timur, Papua, Poso, Ambon, bahkan antar suku, agama, dan golongan saling melecehkan dan terjadi konflik atau bentrok. Mahasiswa antar Fakultas dalam satu Universitas atau antar Universitas masih timbul saling serang/konflik, apakah ini bukan suatu perang saudara yang melemahkan negara Indonesia kita yang tercinta?
  4. Banyak daerah yang melepaskan diri dari pemerintahan pusat. Fakta telah berbicara dalam sejarah Indonesia, kerajaan kecil mulai melepaskan diri dan menjadi negara yang kuat dan bahkan memukul kerajaan induknya. Timor Timur sudah lepas dari NKRI, beberapa daerah sudah menunjukkan tanda-tanda mau melepaskan diri dengan membuat bendera sendiri, bukan Sang Saka Merah Putih. Ini harus selalu kita waspadai dan perlu memperhatikan daerah-daerah dengan pemerataan dan kunjungan-kunjungan ke daerah untuk menemukan problematika yang segera harus dipecahkan atau ditanggulangi. Mental ABS (Asal Bapak Senang) harus dihapus. Kunjungan ke daerah dilakukan secara Sidak (Inspeksi Mendadak) agar tidak ditutupi masalah yang terjadi dan kunjungan ke daerah harus merupakan pelayanan, bukan untuk minta dilayani.
  5. Kemunduran Ekonomi dan Perdagangan. Ini terjadi karena lemahnya perdagangan kerajaan2 waktu itu karena tidak diimbangi dengan armada-armada laut yang kuat untuk perdagangan, padahal Indonesia sangat kaya dengan bahan baku dan barang dagangan ang terkenal dibutuhkan sampai ke luar negara lain. Maka perdagangan dan ekonomi waktu itu mulai dikuasai oleh para pedagang dari Barat (Eropa), India, Arab, Cina, dan sebagainya yang melemahkan perekonomian kerajaan, sehingga kemiskinan akan mempermudah penguasaan dari kerajaan lain. Kita bisa lihat sendiri di Indonesia saat ini, barang impor sangat dominan menguasai perekonomian kita, apalagi para generasi muda lebih senang mengkonsumsi barang, makanan, dan minuman Luar Negeri dari pada mengkonsumsi produk Dalam negeri. Ini mungkin karena gengsi atau bahkan sudah "Luar Negeri Minded". Belum lagi rakyat kecil yang antre BBM (Minyak Tanah), Rakyat antre Zakat Fitrah sampai berdesak-desakan, bahkan ada yang meninggal, dsb. sebaliknya Kaum Bourjuise Shopping dan rekreasi Ke Luar Negeri, Pemegang HPH (hak pengelolaan hutan) kenyataan hanya sebagai HPH yang baru --> Hak Pengrusakan Hutan . Sehingga hutan Indonesia yang ditetapkan PBB sebagai salah satu paru-paru dunia akan rusak, apalagi dengan adanya Illegal Logging dengan dalih menambah Devisa Negara lewat ekspor kayu. Sungguh Tragis!

    Peninggalan Kebudayaan Hindu-Budha


Perkembangan Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia

Peta Jalur Perdagangan Kuno

Tahukah kamu, bahwa kerajaan Hindu - Budha tumbuh dan berkembang sejak awal abad masehi dan tersebar di beberapa pulau di nusantara. Berikut akan diuraikan perkembangan kerajaan Hindu dan Budha.


1.   Kerajaan Kutai.
Letak Kerajaan Kutai adalah di Kalimantan Timur daerah Muara Kaman di tepi sungai Mahakam. Kutai merupakan kerajaan pertama di Indonesia. Kerajaan Kutai terletak di Kalimantan Timur daerah Muara Kaman di tepi sungai Mahakam. Peninggalan dari Kutai adalah 7 (tujuh) prasasti yang ditulis dengan huruf Pallawa, dengan bahasa Sanskerta.
 Semua prasastinya tertulis pada Yupa, yaitu tugu dari batu yang berfungsi sebagai tiang untuk menambatkan hewan yang akan dikorbankan. Dalam Yupa Kutai itu dapat kita ketahui tantang:
a.  Berisi silsilah : Kundungga berputera Acwawarman yang seperti dewa matahari. Acwawarman berputera tiga – seperti api tiga. Dari ketiga putra tersebut, Mulawarman raja yang baik, kuat dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan kenduri (selamatan), mengadakan korban, maka didirikanlah tugu oleh para Brahmana.
b.  Tempat sedekah : Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka telah memberi sedekah 20.000 ekor lembu kepada para Brahmana di tempat tanah yang sangat suci “Waprakecvara”.
c.  Macam-macam sedekah yang lain seperti : wijen, malai bunga, lampu dan lain-lain.

Dari berita prasasti-prasasti tersebut dapat diketahui bagaimanakah keadaan sosial, ekonomi dan pemerintahan di Kutai.
a.  Raja Mulawarman disebut sebagai raja yang terbesar di Kutai, sebab menaklukkan raja-raja sekitarnya.
b.  Segi sosial, masyarakat mengenal kasta-kasta karena pengaruh India. Keluarga Kundungga pernah melakukan upacara Vratyastoma, yaitu upacara penyucian diri untuk masuk pada kasta Ksatria.
c.  Segi ekonomi : disebutkan raja menghadiahkan 20.000 ekor lembu, berarti peternakan maju, begitupun dalam bidang pertanian, karena Kutai terletak di tepi sungai. Dengan demikian Kutai merupakan kerajaan yang makmur. Namun perlu dicatat bahwa Kutai ini luput dari perhatian Cina.

2.    Kerajaan Tarumanegara
Letak kerajaan Tarumanegara adalah di Jawa Barat diantara tiga daerah, Karawang – Jakarta - Bogor. Peninggalannya tujuh prasasti berhuruf Pallawa berbahasa Sansekerta. Tidak berangka tahun, dilihat dari langgam hurufnya atau bentuk hurufnya prasasti tersebut ditulis ± abad V M. Sumbernya : prasasti dan berita dari luar negeri, terutama dari Cina. Nama ketujuh prasasti tersebut yaitu :
a. Prasasti Ciaruteun
b. Prasasti Kebon Kopi
c. Prasasti Jambu
d. Prasasti Tugu,
e. Prasasti Lebak.
f. Prasasti Pasir Awi.
g. Prasasti Muara Cianten.

Di samping prasasti tersebut, juga ada berita Cina yang menggambarkan keadaan di wilayah nusantara. Berita itu berasal dari musafir Cina yaitu Fa-Hein. Berita Cina menyebutkan adanya kerajaan bernama To-lo-mo. Kerajaan ini beberapa kali mengirim utusan ke Cina. Berdasarkan sumber-sumber mengenai kerajaan Taruma tersebut, dapat diketahui bagaimana keadaan :
a.  Pemerintahan dan kehidupan masyarakat.
1).  Kerajaan Taruma yang berkembang lebih kurang pada abad V M.
2).  Rajanya yang terkenal Purnawarman.
3).  Penganut agama Hindu, aliran Vaisnawa.
4).  Memerintah dalam waktu cukup lama yang disebutkan
5). Terkenal sebagai raja yang dekat dengan Brahmana, dan memikirkan kepentingan rakyat (penggalian sungai Gomati).
b.   Segi Sosial : kehidupan rakyatnya aman dan tenteram.
c.   Segi ekonomi : pertanian merupakan mata pencaharian yang pokok.
d.   Perdagangan berkembang pula. Sudah mengenal penanggalan (tanggal 8 paro petheng bulan Palguna sampai tanggal 13 paro terang bulan Caitra).
e.  Perekonomian maju, raja memberikan sedekah 1.000 ekor lembu pada para Brahmana.

3.  Kerajaan Kaling
Letak kerajaan Kaling atau Holing, diperkirakan di Jawa Tengah. Nama Kaling berasal dari Kalinga, nama sebuah kerajaan di India Selatan. Sumbernya adalah berita Cina yang menyebutkan  bahwa kotanya dikelilingi dengan pagar kayu, rajanya beristana di rumah yang bertingkat, yang ditutup dengan atap, Orang-orangnya sudah pandai tulis-menulis dan mengenal juga ilmu perbintangan.
Yang sangat tampak bagi orang Cina ialah orang Kaling (Jawa), kalau makan tidak memakai sendok atau garpu, melainkan dengan jarinya saja. Minuman kerasnya yang dibikin ialah air yang disadap dari tandan bunga kelapa (tuak). Diberitakan pula bahwa dalam tahun 640 atau 648 M kerajaan Jawa mengirim utusan ke Cina. Pada tahun 666 M, dikatakan bahwa tanah Jawa diperintah oleh seorang raja perempuan yakni dalam tahun 674 – 675 M, orang-orang Holing atau Kaling (Jawa) menobatkan raja perempuan yang bernama Simo, dan memegang pemerintahannya dengan tegas dan bijaksana. Berdasarkan sumber-sumber mengenai kerajaan Kaling tersebut, dapat diketahui bagaimana keadaan :

a.  Pemerintahan dan Kehidupan Masyarakat
Dalam berita Cina disebut adanya raja atau Ratu Sima, yang memerintah pada tahun 674 M. Beliau terkenal sebagai raja yang tegas, jujur dan bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas, hal ini terbukti pada saat raja Tache ingin menguji kejujuran rakyat Kaling. Diletakkanlah suatu pundi-pundi yang berisi uang dinar di suatu jalan. Sampai tiga tahun lamanya tidak ada yang berani mengambil.

b.  Keadaan sosial dan ekonomi kerajaan Kaling
Mata pencaharian penduduknya sebagian besar bertani, karena wilayah Kaling dikatakan subur untuk pertanian. Perekonomian, sudah banyak  penduduk yang melakukan perdagangan apalagi disebutkan ada hubungan dengan Cina.

4.  Kerajaan Kanjuruhan:
Letak kerajaan Kanjuruhan adalah di Jawa Timur, dekat dengan kota Malang sekarang. Kerajaan Kanjuruhan ini tertulis dalam prasasti Dinaya, yang ditemukan di sebelah barat laut Malang, Jawa Timur. Angka tahunnya tertulis dengan Candrasengkala yang berbunyi : NAYAMA VAYU RASA = 682 Caka = 760 M. Isinya menceritakan bahwa pada abad 8 ada kerajaan yang berpusat di Kanjuruhan dengan rajanya yang bernama Dewa Simha.  Ia mempuyai seorang putra yang bernama Liswa, setelah naik tahta dan melalui upacara abhiseka Liswa bernama Gajayana. Liswa ini mempunyai putri yang bernama Utteyana yang kawin dengan Janania.
Sistem pemerintahan dan agama yang dianut di Kanjuruhan. Selama pemerintahan Gajayana, dikatakan beliau beragama Hindu Siwa.Gajayana mendirikan tempat pemujaan untuk Dewa Agastya. Bangunan tersebut sekarang bernama candi Badut. Disebutkan pula, semula arca yang terbuat dari kayu cendana, kemudian diganti dengan batu hitam. Peresmiannya dilakukan pada tahun 760.

5.   Kerajaan Sriwijaya
Letak kerajaan Sriwijaya adalah di Sumatra Selatan dekat Palembang sekarang. Kerajaan ini berdiri pada abad VII M. Pusat kerajaan belum dapat dipastikan, tetapi sebagian besar para ahli berpendapat bahwa Palembang sebagai pusat kerajaan Sriwijaya. Sriwijaya merupakan pusat agama Budha di Asia Tenggara seperti yang diberitakan oleh I Tsing seorang musafir Cina yang belajar paramasastra  Sansekerta di Sriwijaya. Beberapa prasasti peninggalan Sriwijaya :
a. Prasasti Kedukan Bukit
b. Prasasti Talang Tuo. 
c. Kota Kapur di Bangka.
d. Prasasti Telaga Batu.
e. Prasasti Ligor di tanah genting Kra. Berangka tahun 755 M
f. Prasasti Karang Brahi.
g. prasasti Bukit Siguntang.
h. prasasti Palas Pasemah.
Sumber-sumber lain mengenai Sriwijaya ialah berita dari Cina, Arab dan India. I Tsing bekerjasama dengan Sakyakirti menulis kitab Hastadandasastra yang pada tahun 711 disalin I Tsing ke dalam bahasa Cina. Sumber dari tambo dinasti T’ang. Dinasti Sung, dari Chau You Kwa dalam bukunya Chu Fan Chi, dan lain-lain.
Perkembangan Kerajaan Sriwijaya.
Kemunduran

6.  Kerajaan Mataram Hindu atau Mataram Lama di Jawa Tengah.
Prasasti Canggal yang ditandai dengan Candrasengkala Cruti Indria Rasa = 654 C = 732 M. Ditemukan di desa Canggal, daerah Kedu dekat desa Sleman, daerah Yogya. Prasasti ini berbahasa sanskerta dan hurufnya Pallawa. Isinya asal-usul Sanjaya dan pembangunan lingga di bukit Stirangga. Letak ibu kota kerajaan secara tepat belum dapat dipastikan, ada yang menyebut Medang di Poh Pitu, Ri Medang ri Bhumi Mataram. Daerah yang dimaksud belum jelas, kemungkinan besar di daerah Kedu sampai sekitar Prambanan (berdasarkan letak prasasti yang ditemukan). Berikut adalah nama raja-raja yang pernah memerintah.
Pemerintahan kedua dinasti yang berbeda agama, dapat berjalan dengan rukun. Hal ini menjadi bukti bahwa kerukunan hidup umat beragama di Indonesia sudah ada sejak dulu. Sesudah raja Balitung memerintah masih ada beberapa nama lagi seperti  Daksa memerintah 910 –119, Tulodong : 919 – 921 dan Wawa : 921 – 927. Sesudah Wawa wafat digantikan Mpu Sindok menantu Wawa yang memindahkan kerajaannya ke Jawa Timur dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Icana pada tahun 928 M.
Urutan Raja Mataram Kuno
Rakai Mataram (Sanjaya) = ?
Rakai Panangkaran = Naik Tahta 668 C (7 Okt – 746 M)
Rake Panaraban = Naik tahta 706 C (1 April – 784M)
Rake Warak Dyah Manara = Naik tahta 725 C (28 Maret – 803 M)
Dyah Gula = Naik tahta 749 C (5 Agustus – 827 M)
Rake Garung = Naik tahta 750 C (24 Januari – 828 M)
Rake Pikatan Dyah Saladu = Naik tahta 768 C (22 Peb – 847 M)
Rake Kayuwangi Dyah Lokapala = Naik tahta 777 C (27 Mei – 855 M)
Dyah Tagwas = Naik tahta 806 C (5 Peb – 885 M)
Rake Panumbangan Dyah Dewendra = Naik tahta 807 C (27 Sep – 885 M)
Rake Gurunwangi Dyah Badra = Naik tahta 808 C (27 Jan – 887 M)
Rake Wungkal Humalang = Naik tahta 816 C ( 27 Nov – 894 M)
Sri Maharaja Rake = Naik tahta 820 C (23 Mei – 898 M)

7.   Kerajaan Mataram di Jawa Timur.
Kerajaan Mataram di Jawa Timur ini sering disebut kerajaan Medang. Mpu Sindok merupakan penguasa baru di Jawa Timur dan mendirikan wangsa Icyana keturunan Mpu Sindok sampai Airlangga tertulis di Prasasti Calcuta (1042 M) yang dikeluarkan oleh Airlangga. Isinya antara lain :
a.  Menguraikan silsilah Airlangga.
b. Peristiwa penyerangan raja Wora-Wari.
c. Pelarian Airlangga ke hutan Wonogiri.
d. Pendirian pertapaan di Pucangan.
e. Airlangga berperang melawan raja Wengker.
Mpu Sindok memerintah dari tahun 928 – 949 M. Selang kemudian, muncul Raja Dharmawangsa yang memerintah tahun 991 – 1016 M. Raja Dharmawangsa bermaksud menyerang Sriwijaya, tapi belum berhasil. Pemerintahannya diakhiri dengan peristiwa Pralaya yaitu penyerangan raja Wora-Wari di mana istana  Raja Dharmawangsa  hancur.
Pengganti Dharmawangsa adalah Airlangga yang berhasil membangun kembali kerajaan Medang di Jawa Timur Airlangga terkenal sebagai raja yang bijaksana, digambarkan sebagai dewa Wisnu. Hasil sastra yang terkenal adalah Buku Arjunawiwaha karangan Mpu Kanwa.
Pada akhir pemerintahannya Airlangga membagi dua kerajaannya yaitu menjadi Jenggala dan Kediri. Dua kerajaan ini yang bertahan untuk tetap hidup adalah kerajaan Kediri. Airlangga wafat pada tahun 1049 M.

8.   Kerajaan Kediri ( tahun 1042 – 1222)
Pada waktu terjadi pembagian kerajaan Airlangga, Samarawijaya sebagai raja Panjalu dan Panji Garasakan sebagai raja Jenggala. Terjadi perang saudara di antara keduanya. Raja Kediri yang pertama Bamecwara yang memerintah dari tahun 1117 – 1130 kemudian diganti oleh Jayabaya 1135 – 1157. Raja yang terkenal dengan ramalannya – Jangka Jayabaya. Hasil sastra pada masa pemerintahannya adalah :
a. Kitab Bharatayuda oleh Mpu Sedah dan Panuluh.
b. Kitab Hariwangsa karangan Mpu Panuluh.
c. Kitab Gatotkacasraya karangan Mpu panuluh.
Urutan raja Kediri selanjutnya adalah :
a. Sarvecvara
b. Aryyaecvara
c. Kracaradipagandra.
d. Kamecvara – hasil sastra antara lain : Kitab Smaradahana oleh Mpu Darmaja dan Kitab Cerita Panji.
e. Raja Kertajaya  1194 – 1222, yang merupakan raja terakhir dari Kediri yang dikalahkan Ken Arok di Ganter.

9.    Kerajaan Singasari (Tahun 1222 – 1292).
Sumber sejarah tentang Singasari terdapat dalam buku : Pararaton dan Negarakertagama, ditambah prasasti-prasasti peninggalannya.
• Pararaton atau disebut juga Katuturanira Ken Arok, isinya menceritakan riwayat Ken Arok dari lahir sampai menjadi raja dan urutan raja-raja yang memerintah di Singasari. 
• Negarakertagama ditulis oleh Prapanca yang merupakan seorang pujangga kraton Majapahit pada tahun 1365 : isinya : Pandangan filsafat, keindahan kraton Majapahit, perjalanan suci Hayam Wuruk ke tempat percandian leluhurnya antara lain ke Singasari. Memuat riwayat Ken Arok juga.

Selama perkembangan kerajaan Singasari diperintah oleh beberapa raja. Pertama adalah Ken Arok yang berhasil menjadi raja pertama Singasari. Setelah membunuh Tunggul Ametung (Akuwu di Tumapel) Ken Arok dapat mengalahkan  Kertajaya Raja Kediri di pertempuran Ganter 1222. Istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes, dipersunting Ken Arok, menurut ramalan Ken Dedes akan menurunkan raja-raja besar. Setelah Ken Arok meninggal  karena dibunuh Anusapati (anak tirinya), maka Anusapati menggantikan sebagai raja.
Tohjaya anak Ken Arok dengan Ken Umang membalas dendam dengan membunuh Anusapati. Tohjaya hanya beberapa bulan saja memerintah karena terjadi pemberontakan dan Tohjaya terbunuh. Ronggowuni dan Mahisa Campaka, sebagai raja dan patih yang memerintah di Singasari lebih kurang selama 20 tahun. Pemerintahannya stabil.
Putra Ronggowuni yang bernama Kertanegara, menggantikan ayahnya menjadi raja Singasari. Singasari mencapai puncak kejayaan di bawah pemerintahan raja Kertanegara.
Kertanegara terkenal dengan gagasannya untuk menyatukan seluruh kerajaan-kerajaan di Nusantara di bawah payung kekuasaan Singasari. Cita-cita ini dikenal sebagai Wawasan Nusantara I. Untuk melaksanakan cita-citanya Kertanegara melakukan :
- Perluasan daerah dan hubungan dengan luar negeri. Pengiriman expedisi ke Sumatra yang terkenal dengan ekspedisi Pamalayu 1275 M. Kertanegara mengadakan kerjasama dengan Campa untuk bersama-sama menghadapi Ku Bilai Khan dari Cina, yang dianggap sebagai ancaman oleh Kertanegara.
- Struktur Pemerintahan Singasari sudah lengkap, yaitu pada pemerintahan Kertanegara raja sebagai penguasa tertinggi. Kemudian didampingi dewan penasehat. Di bawahnya masih terdapat pegawai-pegawai yang mengawasi berbagai bidang. Bidang agama, pertahanan dan sebagainya.
- Kehidupan Agama, Singasari masa pemerintahan raja Kertanegara, agama Hindu dan Budha sama-sama berkembang. Kertanegara sendiri memeluk Ciwa-Budha, terjadi sinkretisme antara agama Hindu-Budha. Kertanegara menganut aliran Tantrayana.

Dengan politik perluasan daerah yang dicanangkan Kertanegara, banyak tentara yang dikirim keluar daerah.
Pada waktu sedang sepi penjaga, dan pasukan penjaga istana berkurang, Singasari diserang raja Kediri yaitu Jayakatwang. Kertanegara meninggal dalam peristiwa ini, dicandikan di dua tempat, di Candi  Jawi dan candi Singasari. Raden Wijaya dengan bantuan pasukan Tar-Tar (Cina) dapat mengalahkan Jayakatwang, dan mendirikan kerajaan Majapahit. Kertanegara sebagai raja terakhir dan terbesar dari kerajaan Singasari, diabadikan di beberapa tempat. Terkenal Arca Kertanegara yang bernama Joko Dolog di Surabaya. Wafatnya Kertanegara mengakhiri riwayat kerajaan Singasari

10.  Kerajaan Majapahit
- Sumber-sumber sejarah Majapahit yaitu:
a. Prasasti Kudadu
b. Kitab Negarakertagama
c. Kitab Pararaton
d. Buku-buku kidung, misal: Kidung Ronggolawe, Kidung Sundayana
e. Prasasti-prasasti yang merupakan peninggalan raja Majapahit
f. Berita-berita Cina, misal kitab Ying Yai Sheng Lan. Karangan Ma Huan dan catatan-catatan dalam tambo dinasti Ming.

- Berdirinya Majapahit
Setelah kerajaan Singasari hancur, Raden Wijaya bersama-sama pengikutnya lari karena dikejar tentara Kediri. Sampai di desa Kudadu mendapat bantuan dari kepala desa di Kudadu, kemudian melanjutkan perjalanan ke Madura minta perlindungan kepada Aria Wiraraja. Raden Wijaya disuruh pura-pura menyatakan takluk, sesudah dipercaya Jayakatwang agar minta daerah di hutan Tarik. Di Tarik tersebut Raden Wijaya mendirikan kerajaan yang kemudian kita kenal dengan kerajaan Majapahit

- Raja-raja yang memerintah di Majapahit
a. Raja pertama Raden Wijaya, bergelar Kertarajasa Jaya Wardana (1293-1309 M). Beliau menikah dengan ke empat puteri Kertanegara yaitu: Dyah Dewi Tribuwaneswari (permaisuri), Dyah Dewi Narendraduhita, Dyah Dewi Prajnaparamita, Dyah Dewi Gayatri. Langkah Raden Wijaya mengawini putri Kertanegara diduga berlatar belakang politik, agar tidak terjadi perebutan kekuasaan.
b. Setelah Raden Wijaya meninggal, tahta digantikan oleh Jayanegara atau Kala Gemet pada tahun 1309. Beliau merupakan raja yang lemah, sehingga banyak terjadi pemberontakan. Beberapa pemberontakan yang terjadi yaitu:
1).  Pemberontakan Ronggolawe dapat diatasi
2).  Pemberontakan Lembu Sora, dapat dipadamkan.
3).  Pemberontakan Nambi, dapat diatasi
4).  Pemberontakan Kuti pada tahun 1319, dapat diatasi berkat jasa Gajah   Mada dan jasanya tersebut Gajah Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan. Pada tahun 1321 Gajah Mada diangkat menjadi Patih Daha.
c.  Tribuwanatunggadewi (1328-1350 M) Karena Jayanegara tidak mempunyai putra, tahta seharusnya jatuh ke tangan Gayatri. Karena Gayatri memilih menjadi Biksuni, maka Tribuwanatunggadewi putrinya ditunjuk sebagai wakil dan diangkat menjadi raja ketiga bergelar Tribuwanatunggadewi Jayawisnuwardani. Di bawah pemerintahannya terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta, tapi semuanya dapat diatasi oleh Gajah Mada yang telah diangkat sebagai patih Majapahit.
Pada saat upacara pelantikan Gajah Mada sebagai Patih Majapahit tahun 1331, beliau mengucapkan sumpah yang terkenal dengan nama Sumpah Palapa. Inti sumpah tersebut adalah bahwa Gajah Mada tidak akan makan Palapa (arti palapa mungkin semacam rempah-rempah), tidak akan bersenang-senang/istirahat sebelum seluruh kepulauan Nusantara bersatu dibawah kekuasaan Majapahit.
Tahun 1350 Gayatri wafat, maka Tribuwanatunggadewi yang merupakan wakil ibunya segera turun tahta, menyerahkan tahtanya kepada putranya yaitu Hayam Wuruk.
d.  Hayam Wuruk (1350-1389 M) Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk ini, Majapahit mencapai jaman keemasannya. Cita-cita Gajah Mada yang diucapkan lewat Sumpah Palapa, disebut pula sebagai Wawasan Nusantara II dapat tercapai. Wilayah Majapahit, hampir sama dengan wilayah Republik Indonesia, maka Majapahit disebut sebagai Negara Maritim Nasional II.
Selama pemerintahan Hayam Wuruk terjadi tiga peristiwa penting yaitu: peristiwa Bubad tahun 1357, perjalanan suci Hayam Wuruk ketempat leluhurnya serta upacara Crada yang diadakan untuk memperingati wafatnya Rajapadni tahun 1362.
Dalam bidang ekonomi, Majapahit sebagai pusat perniagaan di Asia Tenggara waktu itu. Hasil-hasil yang diperdagangkan adalah beras, rampah-rempah, garam. Terjadi hubungan dengan negara lain seperti Siam, Ligor, Birma, Kamboja dan Annam.
a)   Hasil sastra jaman Majapahit antara lain:
b)   Kitab Negarakertagama karangan Prapanca
c)   Kitab Sutasoma karangan Tantular .
Terdapat Kitab “Kutaramanawa” yang berisi tentang aturan hukum di Majapahit. Sepeninggal Hayam Wuruk dan Gajah Mada Majapahit mengalami kemunduran. Pengganti Hayam Wuruk adalah puterinya yang bernama Kusumawardhani.
e.  Ratu Kusumawardhani (1389-1429 M)  Pada masa pemerintahannya terjadi perang saudara dengan Wirabhumi yang disebut perang Paregreg. Berakhir dengan terbunuhnya Wirabhumi. Setelah Kusumawardhani berturut-turut adalah:
1). Dewi Suhita (1429-1447 M)
2). Bhre Tumapel (1447-1451 M)
3). Bhre Kahuripan (1451-1453 M)
4). Purwawisesa (1457-1467 M)
5). Pandan Salas (1467-1478 M)

Berakhirnya pemerintahan Pandanalas, diganti dengan pemerintahan Giridrawardhana. Kerajaan Majapahit mulai mundur dan akhirnya runtuh, disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a.  Faktor Politik (dalam dan luar negeri).
 Dalam negeri, kesatuan Majapahit atas kekuatan Gajah Mada, setelah Gajah Mada meninggal daerah yang luas tersebut tak dapat dipertahankan.
b.  Faktor Ekonomi
 Majapahit dulu dapat menyatukan daerah pertanian dan bandar-bandar, setelah ada ekspedisi Cina, bandar-bandar lebih suka langsung berhubungan dengan luar negeri. Bandar lebih demokratis, berusaha melepaskan diri dari Majapahit.
 c.  Faktor Agama
 Perbedaan ideologi. Penyebaran Islam di Asia Tenggara, melalui jalur perdagangan yang lebih dulu terpengaruh adalah bandar, maka bandar beragama Islam, Majapahit masih Hindu. Bandar-bandar menentang Majapahit. Ada pula pendapat yang mengatakan adanya serangan dari Demak. Dalam serat Kondo dan Babad Tanah Jawi runtuhnya Majapahit ditandai dengan candra sangkala: Sirna Ilang Kertaning Bumi : 1400 C = 1478 M.

Rabu, 05 Desember 2012

Masuknya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia


Agama Hindu dan Budha berasal dari India. Kedua agama tersebut masuk dan dianut oleh penduduk di berbgai wilayah nusantara pada waktu yang hampir bersamaan, sekitar abad ke empat, bersamaan dengan mulai berkembangnya hubungan dagang antara Indonesia dengan India dan Cina. Sebelum pengaruh Hindu dan Budha masuk ke Indonesia, diperkirakan penduduk Indonesia menganut kepercayaan dinamisme dan animisme.
Pada permulaan tarikh masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat peradabannya dianggap sudah tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua negeri ini menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina adalah Selat Malaka. Indonesia yang terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera, serta berada di dekat Selat Malaka memiliki keuntungan, yaitu:
1.       Sering dikunjungi bangsa-bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan Persia,
2.       Kesempatan melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka lebar,
3.       Pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakin luas, dan
4.       Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha.

Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional menyebabkan timbulnya percampuran budaya. India merupakan negara pertama yang memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan para ahli tentang proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia.

1. Hipotesis Brahmana
Hipotesis ini mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya penyebaran budaya Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan dari penguasa Indonesia untuk menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah Van Leur.

2. Hipotesis Ksatria
Pada hipotesis ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh kaum ksatria. Menurut hipotesis ini, di masa lampau di India sering terjadi peperangan antargolongan di dalam masyarakat. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi perang, lantas meninggalkan India. Rupanya, diantara mereka ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu pula terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu. F.D.K. Bosch adalah salah seorang pendukung hipotesis ksatria.

3. Hipotesis Waisya
Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari kelompok pedagang telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara. Para pedagang banyak berhubungan dengan para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran budaya Hindu. N.J. Krom adalah salah satu pendukung dari hipotesis waisya.

4. Hipotesis Sudra
Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah menyebabkan golongan sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan India dengan mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudralah yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke Nusantara.
Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
Pada umumnya para ahli cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa masuknya budaya Hindu ke Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia sendiri. Bukti tertua pengaruh budaya India di Indonesia adalah penemuan arca perunggu Buddha di daerah Sempaga (Sulawesi Selatan). Dilihat dari bentuknya, arca ini mempunyai langgam yang sama dengan arca yang dibuat di Amarawati (India). Para ahli memperkirakan, arca Buddha tersebut merupakan barang dagangan atau barang persembahan untuk bangunan suci agama Buddha. Selain itu, banyak pula ditemukan prasasti tertua dalam bahasa Sanskerta dan Malayu kuno. Berita yang disampaikan prasasti-prasasti itu memberi petunjuk bahwa budaya Hindu menyebar di Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi.

Masuknya pengaruh unsur kebudayaan Hindu-Buddha dari India telah mengubah dan menambah khasanah budaya Indonesia dalam beberapa aspek kehidupan.

1. Agama
Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat di Indonesia telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima sistem kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Buddha sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya baru tersebut membawa perubahan pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal tata krama, upacara-upacara pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan.
2. Pemerintahan
Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam sistem ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan, seperti Kutai, Tarumanegara, dan Sriwijaya.
3. Arsitektur
Salah satu tradisi megalitikum adalah bangunan punden berundak-undak. Tradisi tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan candi. Jika kita memperhatikan Candi Borobudur, akan terlihat bahwa bangunannya berbentuk limas yang berundak-undak. Hal ini menjadi bukti adanya paduan budaya India-Indonesia.
4. Bahasa
Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sanskerta itu. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dan sebagainya.
5. Sastra
Berkembangnya pengaruh India di Indonesia membawa kemajuan besar dalam bidang sastra. Karya sastra terkenal yang mereka bawa adalah kitab Ramayana dan Mahabharata. Adanya kitab-kitab itu memacu para pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya sendiri. Karya-karya sastra yang muncul di Indonesia adalah:
1.       Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa,
2.       Sutasoma, karya Mpu Tantular, dan
3.       Negarakertagama, karya Mpu Prapanca.